Friday, March 22, 2013

Tak Putus Sedan


Setitik sesal datang meradang
Sebutir galau enggan dihalau
Segumpal amarah makin terasah
Seonggok rasa bersalah membuat resah

Terkadang kuheran
mengapa hati tak putus sedan.

Wednesday, March 20, 2013

Musuh

Mungkin benar
musuh terbesar seseorang adalah dirinya sendiri

aku tak suka bertengkar
aku bukan penggemar konflik

tapi apa mau kukata
diriku, musuhku

yang kadang tak sanggup kulawan

karena aku tak suka bertengkar
karena aku bukan penggemar konflik  

Sunday, March 17, 2013

Kontradiksi #1


Sulit sekali rasanya menulis tentang percintaan yang romantis lagi menyenangkan. Rasanya kegelapan, kekecewaan dan cinta yang tak kesampaian lebih menarik untuk diceritakan.

Kenapa?

Mungkin karena semua orang menginginkan sebuah cerita yang berujung kebagaiaan, walaupun pada awalnya adalah sebuah penderitaan. Tak ada yang menginginkan keindahan cinta di awal dan perpisahan pada akhirnya.

Padahal, manusia juga sadar bahwa setiap pertemuan akan berakhir perpisahan.
-         

Saturday, March 16, 2013

Terjebak Hujan

Baru saja kupasang niatku untuk berjalan kaki menyusuri kota sore ini. Hari yang cerah plus pikiranku sedang kacau. Sepertinya secangkir teh hangat dan sebuah buku cukup menemaniku nanti.

Tiba-tiba hujan turun bersama teman-temanya, angin kencang dan geluduk. Sial. Padahal tadi matahari bersinar sangat cerah. Bahkan air minum yang kuletakkan di dekat jendela berubah hangat karenanya. Alam semakin tidak bisa ditebak tampaknya.

Dan aku harus tetap tinggal di sini, di meja kecilku yang sumpek. Dari tempatku ini, hanya bisa kulihat hutan belantara dan kabut asap. Ada bangunan tinggi yang tampak atap dan jendela lantai paling atasnya. Baiklah, mungkin ini sudah cukup.

Tampaknya aku harus tetap di sini.

Tuesday, March 12, 2013

Pembunuhan


“Jangan! Jangan bunuh dia.”

“Kenapa? Apa gunanya dia terus hidup kalau hanya menyusahkan hidupku?”

“Tapi kau tidak akan bertahan jika kau bunuh dia”

“Kukira dia bukan satu-satunya hal penting dalam hidupku. Sudahlah! Aku tidak membutuhkannya. Kerjanya hanya bikin masalah, membuat segalanya menjadi rumit.”

“Kau akan menyesal nanti.”

“Aku tidak perduli. Aku hanya ingin membunuhnya sekarang.”

“Ah, terserahmu saja. Aku sudah memperingatkanmu.”

“Aku akan baik-baik saja.”

Lalu ditancapkannya pisau itu di perut kanannya. 

Thursday, March 7, 2013

Pada suatu badai

Malam ini mencekam
petir bersautan 
angin kejar-kejaran 
mungkin hujan akan segera datang

Aku masih berada di depan sini,
di depan layar monitor sejak siang tadi
haaah...lagi-lagi hari yang tak produktif

Apa kubilang, hujan datang
petir semakin asik bersautan
angin semakin kencang saling mengejar
mungkin akan badai (lagi) seperti malam sebelumnya

Dan aku juga masih di sini
di depan layar monitor sejak siang tadi
menjelajah waktu yang pernah kita lalui

Mengingatmu

Mengingatmu seperti menemukan koin di tengah jalan,
ingin sekali memungutnya tapi enggan akan empunya.

Mengingatmu seperti melihat kerumunan di jalan raya
penasaran tapi aku malas untuk singgah.

Mengingatmu seperti menunggu lampu hijau di zebra cross,
tak sabar tapi aku harus berhenti.

Mengingatmu seperti berjalan kaki di malam hari,
sejuk tapi penglihatanku agak kabur.

Mengingatmu seperti menonton acara televisi
semu tapi aku selalu suka.